Dan dia diperlakukan begitu,
Di tumbuk lumat sehingga lunyai,
Tanpa sedikit bekas kasihan,
Bajunya di rentap; koyak,
Perutnya disepak; terjatuh,
Mereka ketawa,
Kau kenapa?
Tidak melawan, hey kenapa?
Dia masih terbaring, diam,
Melihat mereka yang buta,
Buta mata hatinya,
Sekurang-kurangnya dia bersyukur punya mata hati,
Dan dia terus diam teguh berdiri.
Dia,
Si Pendiam yang mati.
No comments:
Post a Comment